Awalnya jujur nonton film ini bukan karena tertarik liat
trailernya tapi lebih karena yang jadi pemeran utama cowoknya itu Adipati
Koesmadji alias Adipati Dolken. Iya. Saya emang suka banget sama aktor Indonesia
yang satu ini. Selain karena aktingnya bagus doi juga ganteng maksimal soalnya
hehehe. Mungkin kalo yang main bukan Bang Dodot ( nama panggilan Adipati red)
mungkin saya bakal langsung nge-judge kalo film ini mirip sama FTV kalo diliat
dari poster dan genrenya.
Yup! Jadi sebenarnya Film Posesif ini bercerita tentang
kehidupan percintaan anak SMA di Jakarta. So typical film Indonesia banget kan.
Yang bikin beda dari FTV adalah konflik yang ada dalam film ini menurut saya cukup
masuk akal dan alurnya juga lumayan sulit ditebak.
Film berdurasi 1 jam 42 menit ini mengisahkan tentang
sepasang kekasih yang duduk di bangku kelas 3 SMA. Dari yang saya tangkap
sebenarnya Yudhistira Ibrahim (Adipati Dolken) ini sudah mengenal Lala (Putri
Marino) sejak kecil. Soalnya ada dialog di menit-menit awal dimana Yusdhis
menanyakan tentang foto ketika Lala masih SD. Back to the laptop. Jadi Lala ini
adalah seorang atlit loncat indah yang bergabung dalam tim Indonesia untuk Sea
Games. Sebelumnya Lala sama sekali belum pernah jatuh cinta. Yudhis adalah
cinta pertamanya Lala.
Awalnya cinta Yudhis untuk Lala sederhana saja. Dalam adegannya penonton dapat melihat dengan jelas betapa Yudhis menyayangi Lala. Betapa Yudhis benar-benar ingin melindungi Lala. Tapi lama kelamaan hasrat Yudhis untuk melindungi Lala tumbuh terlalu besar dan berubah menjadi hasrat untuk mengontrol Lala. Lala pun lama kelamaan berubah rasa sayangnya menjadi rasa takut. Ia takut untuk bertemu Yudhis. Ia kerap mendapatkan perlakuan kasar dari Yudhis yang membuat dia trauma. Tapi ya namanya sayang, meskipun Lala sudah berkali-kali dikasari ya dia mau aja lagi balik ke Yudhis. Typical percintaan ABG.
Berkali-kali dimaafkan oleh Lala, Yudhis tak kunjung berubah. Ia semakin menjadi-jadi. Ia semakin sulit mengatur emosinya dan sering gelap mata. Sampai pada hari pengumuman hasil SNMPTN Yudhis mencekik Lala hingga Lala nyaris kehabisan nafas. Lala pun akhirnya memutuskan untuk putus dari Yudhis. Disini Lala nangis-nangis sampai Papanya Lala mau ngelaporin si Yudhis ke polisi.
Namun lagi-lagi, saking sayangnya Lala sama Yudhis, Ia kembali memberi maaf ke Yudhis. Menurut Lala Yudhis butuh dirinya. Yudhis itu bukan orang jahat dan cuma dia yang bisa ngubah Yudhis jadi orang baik. Lala nyari Yudhis sampai ke rumah Yudhis dan disini lah Lala akhirnya mengetahui alasan dibalik semua sikap kasar Yudhis terhadap dirinya. Jadilah Lala semakin sayang sama Yudhis. Ia mengajak Yudhis untuk kabur dari rumah dan memulai hidup baru berdua. Yudhis awalnya setuju saja dengan rencana Lala. Belakangan Ia memilih untuk meninggalkan Lala dan tidak melanjutkan rencana awal mereka. Jadilah Ia meninggalkan Lala di SPBU dengan modus “kita bersih-bersih dulu”
Disini menurut saya yang membuat Yudhis melepas Lala karena Ia tahu bahwa Ia tidak akan bisa berubah menjadi orang baik dalam waktu singkat dan Ia masih akan sering menyiksa Lala. Yudhis ngga mau nyiksa Lala lagi makanya dia memilih untuk ninggalin Lala.
Setelah ditinggal Yudhis, Lala harus membangun ulang
hidupnya. Ia kembali menjalani hari-hari normalnya seperti sebelum Yudhis masuk
kedalam kehidupannya. Setelah berhasil lepas dari bayang-bayag Yudhis, dibagian
akhir film digambarkan bahwa Yudhis mengikuti Lala yang sedang lari pagi. Tapi disini
movie directornya ngga menceritakan lebih lanjut gimana kisah selanjutnya
antara Yudhis dan Lala alias ending filmnya agak sedikit gantung dan membuat
penonton bertanya-tanya apakah nanti akan ada film Posesif jilid 2 atau tidak.
Difilm ini saya baru pertama kali melihat Bang Dodot
berperan sebagai laki-laki jahat. Selama ini di film-film dia yang saya tonton,
Dodot selalu jadi cowok baik-baik yang romantis. Sebut saja saat Dodot main di
Perahu Kertas atau Malaikat Tanpa Sayap. Dan menurut saya feel bad boynya dapat
bangeet!!! Dan walaupun udah 26 tahun mukanya masih feel anak SMA banget
hehehe. Kalo kalian emang fans sama Adipati Dolken sudah pasti dong film ini
jadi list wajib tonton kalian sebelum Hujan Bulan Juni. Dari 1-10 saya ngasih
nilai 8 untuk film ini. Bukan hanya
Adipati saja yang aktingnya saya acungi jempol disini. Akting dari
pemain-pemain lain juga ngga kalah bagus. Chemistry antara Putri Morino dan
Dodot yang berperan sebagai sepasang kekasih disini juga sangat mantap. Belum
lagi soal alur cerita yang sukar ditebak alias ngga se-mainstream film-film
Indonesia lainnya. This movie really worth for you to watch! Akhir kata, jangan
lupa nonton yaaa!